Bagaimana anak bersikap,seringkali mencerminkan bagaimana
anak diajar dan diperlakukan di rumah.Ada sebuah ungkapan dari seorang pendidik
dan ahli konseling keluarga, Dorothy Law Nolte,PhD yang berjudul “Children
Learn What They Live” :
Jika anak dibesarkan dengan celaan,maka ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,maka ia belajar
berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,maka ia belajar rendah
diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,maka ia belajar
menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,maka ia belajar
menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,maka ia belajar
percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian,maka ia belajar
menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan,maka ia
belajar keadilan
Seringkali
orang tua juga turut menyebabkan anak-anak kehilangan teladan sejak dari
rumah,ketika rumah tidak lagi nyaman untuk ditinggali,maka anak-anak akan
mencari tempat lain sebagai pelarian.Anak-anak hidup bersama lingkungan yang
sesungguhnya tidak sesuai dengan perkembangan jiwa mereka.Sejak kecil anak
sudah akrab dengan air susu sapi ketimbang air susu ibu,anak-anak lebih banyak
dalam pengasuhan pembantu dibanding ibu kandungnya dan ketika remaja
anak-anak menemukan dunianya bersama
playstation,internet,game online dan lain-lain.Padahal sebagian besar permainan
di dunia maya itu mengajarkan kepada anak-anak tentang kekerasan.Jadi sangat
wajar,bila kekerasan sudah mengendap sangat kuat dalam benak anak-anak,ketika
keinginannya tak terpenuhi,kekerasan dianggap sebagai jalan keluar.
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
bagimu,di sisi Allah lah pahala yang besar” (At-taghabun: 15)
Rasulullah
adalah orang yang sangat sayang kepada anak-anak,baik anak kandung maupun
bukan.Dua cucu beliau Hasan dan Husein adalah anak yang sangat dicintai
Rasulullah.Ketika Rasulullah sedang sujud,dibiarkan saja cucunya itu naik di
punggungnya,baru setelah cucunya turun,beliau melanjutkan sholatnya.Dalam
riwayat lain disebutkan,pernah Rasulullah tengah berkhotbah,kedua cucunya itu
terjatuh karena bajunya kepanjangan,beliau menghentikan khotbahnya,turun dari
mimbar untuk menolong dan menggendong kedua cucunya dengan penuh kasih
sayang.Khutbah harus dihentikan untuk menolong cucu yang sangat dicintainya.Bukan
hanya keluarganya,Rasulullah juga menyanyangi anak-anak,meskipun bukan
keluarga.Saat mengimami sholat,beliau mendengar ada anak kecil menagis,kemudian
beliau mempercepat sholatnya,setelah selesai beliau mendatangi dan
menimang-nimang anak kecil itu.Rasulullah adalah teladan terbaik yang sudah
ditetapkan Allah untuk diteladani umatnya segala aspek kehidupan ada contohnya
pada beliau,tinggal kita mau meneladani atau tidak.Begitu pedulinya beliau pada
anak-anak yang ditunjukan dengan kasih sayang yang besar,baik yang ada hubungan
keluarga atau tidak.
Demikian
halnya dengan keteladanan Nabi Ibrahim a.s.,dalam mendidik putra tercinta
Ismail a.s. Tak ada lagi yang meragukan
kualitas keimanan,keshalihan dan kepemimpinan Nabi Ibrahim a.s. sebagai seorang
nabi,utusan Allah,demikian pula tentunya dengan perannya sebagai ayah dan
pendidik.Namun tidak mudah untuk begitu saja memahami atau mencerna
konsep-konsep pendidikannya dalam mendidik keluarga dan ummat. Kalau kita
mentadabburi firman Allah :
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : “Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia
menjawab : “Hai bapakku,kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;Insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. Ashaffat : 102)
Kita
dapat menarik kesimpulan bahwa bukan pendidikan biasa yang menghasilkan anak
luar biasa yang dengan akhlak yang mulia,keimanan yang memuncak,kesabaran yang
tak terbayang,kepasrahan terhadap Allah dengan tanpa ada ragu
sedikitpun,menerima dan melaksanakan perintah Allah dan orang tuanya.Maka tak
mengherankan bila hingga kini peristiwa itu diabadikan dan dikenang setiap
tahunnya dalam perayaan Idhul Adha.
Allah
Ta’ala memerintahkan ummat ini untuk mengambil tauladan dari Nabi Ibrahim
berikut orang-orang yang bersamanya,sebagai sebuah jaminan keidealan contoh dan
model dalam masalah pendidikan.
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada
teladan yang baik bagimu;(yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah
dan (keselamatan pada) hari kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling,maka
sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Al
Mumtahanah : 6).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar