Selasa, 28 Juli 2015

menganggap sial



                Rasulullah saw.bersabda,


“Iyafah,thirah,dan tharq adalah bagian dari jibt (sesuatu yang disembah selain Allah).”(HR.Abu Dawud,Nasai,dan Ibnu Hibban)
                Iyafah adalah menggaris-garis di pasir.Ia sejenis praktek perdukunan yang masih terdapat hingga sekarang.Tharq adalah melempar dengan kerikil,yang juga termasuk jenis perdukunan.
Thathayyur (menganggap sial) adalah tindakan yang tidak berlandaskan ilmu dan realita yang benar.Ia hanyalah perilaku ikut-ikutan dan sekadar waham.Kalau tidak demikian,lalu apa artinya orang yang berakal sehat kok masih percaya bahwa kesialan pada seseorang atau pada suatu tempat,atau muncul perasaan gelisah karena mendengar suara burung,gerakan mata,atau mendengar kata-kata tertentu.
Menganggap sial sesuatu,baik berupa tempat,waktu,sosok seseorang,atau hayalan mistis lainnya sangat laku dan senantiasa laku di tengah berbagai kelompok masyarakat maupun individu.Banyak orang kafir yang sesat,kalau mereka ditimpa musibah dari Allah Ta’ala,mereka berkata kepada para Da’i dan Rasul yang diutus kepada mereka,


“Sesungguhnya kami bernasib sial karena kalian.”(QS. Yasin:18)
Umat Nabi Shalih as.berkata kepadanya,


“Kami mendapat nasib yang sial,disebabkan olehmu(Shalih) dan orang-orang yang besertamu.”(QS.An-Naml:47)
Fir’aun dan kaumnya bila mendapat malapetaka,


“...mereka menganggap kesusahan itu disebabkan oleh Musa dan orang-orang yang besertamu.”(QS.Al-A’raf:131).
Akan tetapi para Rasul itu menjawab dengan tegas,


“Sesungguhnya nasib sial yang menimpa kalian adalah karena kalian sendiri.”(QS.Yasin:19)
                Nasib sial yang menimpa itu disebabkan karena kalian sendiri,kekufuran,keingkaran,dan permusuhan kalian terhadap Allah dan Rasul-Nya.Orang-orang Arab zaman dahulu memiliki sejarah panjang dan mempunyai keyakinan yang beragam dalam masalah ini.Akhirnya datanglah Islam,lalu menghapuskan semua itu dan mengembalikan mereka ke jalan pikiran yang benar.
                Kalau pada tabiat seseorang terdapat suatu cacat,hingga orang beranggapan bahwa nasib sial itu disebabkan oleh beberapa hal atau sebab-sebab tertentu,maka tidak seharusnyalah ia menyerah akan nasibnya itu,khususnya lagi bila sudah sampai pada tataran aktivitas kongkrit.
Rasulullah saw.bersabda,


“Tidak seorang pun selamat dari tiga hal: berprasangka,menganggap sial,dan mendengki.Apabila kalian berprasangka maka janganlah kalian nyatakan,apabila kalian menganggap sial maka jangan kalian urungkan,dan jika kalian mendengki maka janganlah melampaui batas.”(HR.Thabrani).
                Dengan demikian ketiga hal itu hanyalah lintasan pikiran dan bisikan hati,yang tidak berpengaruh sedikit pun pada perilaku,dan Allah telah mengampuninya. Rasulullah saw.bersabda,


“Tathayyur (menganggap sial) itu syirik,tathayyur itu syirik,tathayyur itu syirik.” (HR.Ibnu Mas’ud).

Dihati setiap kita pasti terdapat sebagian dari unsur tersebut,namun itu akan segera lenyap dari hati yang bertawakal kepada Allah Ta’ala.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar