Rasulullah saw.bersabda,
“Iyafah,thirah,dan tharq adalah bagian dari
jibt (sesuatu yang disembah selain Allah).”(HR.Abu Dawud,Nasai,dan Ibnu Hibban)
Iyafah
adalah menggaris-garis di pasir.Ia sejenis praktek perdukunan yang masih
terdapat hingga sekarang.Tharq adalah melempar dengan kerikil,yang juga
termasuk jenis perdukunan.
Thathayyur
(menganggap sial) adalah tindakan yang tidak berlandaskan ilmu dan realita yang
benar.Ia hanyalah perilaku ikut-ikutan dan sekadar waham.Kalau tidak
demikian,lalu apa artinya orang yang berakal sehat kok masih percaya bahwa
kesialan pada seseorang atau pada suatu tempat,atau muncul perasaan gelisah
karena mendengar suara burung,gerakan mata,atau mendengar kata-kata tertentu.
Menganggap sial
sesuatu,baik berupa tempat,waktu,sosok seseorang,atau hayalan mistis lainnya
sangat laku dan senantiasa laku di tengah berbagai kelompok masyarakat maupun
individu.Banyak orang kafir yang sesat,kalau mereka ditimpa musibah dari Allah
Ta’ala,mereka berkata kepada para Da’i dan Rasul yang diutus kepada mereka,
“Sesungguhnya kami bernasib sial karena
kalian.”(QS. Yasin:18)
Umat Nabi Shalih as.berkata kepadanya,
“Kami mendapat nasib yang sial,disebabkan
olehmu(Shalih) dan orang-orang yang besertamu.”(QS.An-Naml:47)
Fir’aun dan kaumnya bila mendapat malapetaka,
“...mereka menganggap kesusahan itu disebabkan
oleh Musa dan orang-orang yang besertamu.”(QS.Al-A’raf:131).
Akan tetapi para Rasul itu menjawab dengan
tegas,
“Sesungguhnya nasib sial yang menimpa kalian
adalah karena kalian sendiri.”(QS.Yasin:19)
Nasib
sial yang menimpa itu disebabkan karena kalian sendiri,kekufuran,keingkaran,dan
permusuhan kalian terhadap Allah dan Rasul-Nya.Orang-orang Arab zaman dahulu
memiliki sejarah panjang dan mempunyai keyakinan yang beragam dalam masalah
ini.Akhirnya datanglah Islam,lalu menghapuskan semua itu dan mengembalikan
mereka ke jalan pikiran yang benar.
Kalau
pada tabiat seseorang terdapat suatu cacat,hingga orang beranggapan bahwa nasib
sial itu disebabkan oleh beberapa hal atau sebab-sebab tertentu,maka tidak
seharusnyalah ia menyerah akan nasibnya itu,khususnya lagi bila sudah sampai
pada tataran aktivitas kongkrit.
Rasulullah saw.bersabda,
“Tidak seorang pun selamat dari tiga hal:
berprasangka,menganggap sial,dan mendengki.Apabila kalian berprasangka maka
janganlah kalian nyatakan,apabila kalian menganggap sial maka jangan kalian
urungkan,dan jika kalian mendengki maka janganlah melampaui
batas.”(HR.Thabrani).
Dengan
demikian ketiga hal itu hanyalah lintasan pikiran dan bisikan hati,yang tidak
berpengaruh sedikit pun pada perilaku,dan Allah telah mengampuninya. Rasulullah
saw.bersabda,
“Tathayyur (menganggap sial) itu
syirik,tathayyur itu syirik,tathayyur itu syirik.” (HR.Ibnu Mas’ud).
Dihati setiap kita pasti terdapat sebagian
dari unsur tersebut,namun itu akan segera lenyap dari hati yang bertawakal
kepada Allah Ta’ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar